Facebook

Rabu, 21 April 2010

Indahnya Zuhud


By: agussyafii
Ada sebuah pertanyaan yang menarik dari seorang teman, 'Mas Agus, amalan apa yang bagus buat saya agar dicintai Allah dan dicintai manusia?' Kemudian saya mengatakan padanya, Sahl bin Sa'd berkata, telah datang seorang laki-laki pada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Salam kemudian berkata, 'Ya Rasulullah, tunjukkan padaku satu amal yang bila kuamalkan niscaya Allah mencintaiku dan manusia juga mencintaiku.' Maka Nabi bersabda, 'Berzuhudlah dari dunia niscaya Allah mencintaimu. Berzuhudlah dari apa yang ada ditangan manusia niscaya manusia mencintaimu.' (HR. Ibnu Majah).
Zuhud adalah hati yang selalu merasa ridho sekalipun usahanya gagal. Imam Ghozali menyebutkan ada tiga tanda-tanda orang yang zuhud. Pertama, tidak gembiran dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena kehilangan. Kedua, sama saja baginya dipuji atau dicaci.  Ketiga, Senantiasa bersama Allah dan hatinya menikmati kelezatan cintanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Alangkah indahnya bila kita sebagai seorang Muslim mampu bersikap zuhud. Kemampuan mengatur hati agar senantiasa ridho atau ikhlas menerima apapun dalam hidup ini sekalipun usahanya gagal tetapi tidak kehilangan semangat terus berusaha untuk meraih kesuksesan. Kesuksesan yang hakiki dunia dan akherat. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al Qashash 28 :77)
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa  Allah memerintahkan agar kita menggunakan segala kenikmatan yang diberikan-Nya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di akherat. Namun Allah swt. menegaskan bahwa kehidupan dunia juga tidak boleh kita lupakan. Dari ayat ini kita bisa simpulkan bahwa orang zuhud sangat mengutamakan kehidupan akherat, namun kita tidak meninggalkan kehidupan duniawi, sehingga terjadi keseimbangan antara kebahagiaan dunia dan akherat. Itulah indahnya Zuhud.
Wassalam,

Hati Yang Gundah


By:


Siang ini secara tidak sengaja saya bertemu dengan teman lama, dulu kami sama-sama aktifis remaja masjid. Kemudian kami mampir makan siang di Warung Padang. Rendang menjadi menu pilihan kami berdua. Wajahnya tersenyum disaat saya bertanya apa aktifitasnya sekarang.
Raut wajahnya seperti memendam hati yang gundah. Dia bercerita banyak hal. Tentang 3 putra yang harus dihidupinya dan juga usahanya dengan kesungguhan ibadah dan keimanannya tetap tidak mendapatkan apa yang diharapkannya. Terlontar betapa kecewa dirinya kepada Sang Khaliq.
'Sudah hampir sepuluh tahun kaki ini tidak pernah menginjak di masjid,' ucapnya dengan wajah yang serius. beberapa kali nampak dia menarik napas. Mendengar yang diucapkan nasi dan rendang terasa menyangkut ditenggorokan. Buru-buru saya membasahinya dengan segelas es tawar.
Saya bisa merasakan kegundahan hatinya, keputusasaannya, pertanyaan yang terlontar wujud gambaran orang yang beriman namun dirinya tidak kunjung mendapatkan seperti yang dibayangkan. Ada sesuatu yang penting namun telah dilupakan oleh setiap orang bahwa salah satu tindakan yang dapat membuat terjadinya keajaiban adalah kesabaran. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. al-Baqarah: 153).
Wassalam,

Ahad, 18 April 2010

Puasa sunah

Assalamualikum

1. PUASA DI HARI JUM'AT
BERIKUT ana ringkaskan dari tulisan ustd. muhammad abduh tuasikal di rumaysho.com semoga bisa membantu
Tidak boleh berpuasa pada Jum’at secara bersendirian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَصُمْ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِلاَّ أَنْ يَصُومَ قَبْلَهُ أَوْ يَصُومَ بَعْدَهُ
“Janganlah salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jum’at kecuali jika ia berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya.”(HR. Bukhari no. 1985 dan Muslim no. 1144, dari Abu Hurairah).An Nawawi rahimahullah membawakan hadits ini di Shahih Muslim dalam Bab “Terlarang berpuasa pada hari Jum’at secara bersendirian.”
Dari Juwairiyah binti Al Harits –radhiyallahu ‘anha-, ia mengatakan,
أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - دَخَلَ عَلَيْهَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَهْىَ صَائِمَةٌ فَقَالَ « أَصُمْتِ أَمْسِ » . قَالَتْ لاَ . قَالَ « تُرِيدِينَ أَنْ تَصُومِى غَدًا » . قَالَتْ لاَ . قَالَ « فَأَفْطِرِى »
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki rumahnya pada hari Jum’at dan ia sedang berpuasa. Lalu beliau bertanya, “Apakah engkau berpuasa kemarin?” “Tidak”, jawab Juwairiyah. Beliau bertanya kembali, “Apakah engkau ingin berpuasa besok?” “Tidak”, jawabnya seperti itu pula. Beliau kemudian mengatakan, “Hendaknya engkau membatalkan puasamu.”(HR. Bukhari no. 1986 dan Muslim no. 1143, dari Juwairiyah binti Al Harits.)
Catatan penting: Puasa pada hari Jum’at dibolehkan jika:
Pertama: Ingin menunaikan puasa wajib, mengqodho’ puasa wajib, membayar kafaroh (tebusan) dan sebagai ganti karena tidak mendapatkan hadyu tamattu’.(Faedah dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin ketika menerangkan puasa pada hari Sabtu. Lihat Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 20/57-58, Darul Wathon – Darul Tsaroya, cetakan terakhir, tahun 1413 H.)
Kedua: Jika berpuasa sehari sebelum atau sesudah hari Juma’t sebagaimana diterangkan dalam hadits di atas.
Ketiga: Jika bertepatan dengan hari puasa Daud (sehari puasa, sehari berbuka).
Keempat: Berpuasa pada hari Jum’at bertepatan dengan puasa sunnah lainnya seperti puasa Asyura, puasa Arofah, dan puasa SyawaL (Lihat pembahasan di Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 2/142-143, Al Maktabah At Taufiqiyah.)
2. PUASA - PUASA SUNNAH DAN MANFAATNYA
berikut ini diringkas dari artikel buletin an-nur/puasa sunnah dan manfaatnya dari www.alsofwah.or.id bukan hanya puasa nabi daud dan yaumul bits (puasa tengah bulan tgl 13,14,15 th hijriyah) tp jg ada puasa2 sunnah yg lainnya.
Puasa Sunnah dan Manfaatnya
Setiap kewajiban memiliki nafilah (sunnah) yang dapat mempertahankan keberadaan kewajiban tersebut serta menyempurnakan kekurangannya. Shalat lima waktu misalnya, memiliki shalat-shalat sunnah baik sebelum atau sesudahnya. Demikian juga dengan zakat, yang memiliki shadaqah sunnah. Haji dan umrah merupakan hal yang wajib dikerjakan sekali seumur hidup, sedangkan selebihnya adalah sunnah.
Puasa pun demikian, puasa wajib dikerjakan pada bulan Ramadhan sedangkan puasa yang sunnah banyak sekali, di antaranya: Puasa sunnah yang tidak pasti, seperti puasa bagi orang yang belum mampu menikah. Ada pula puasa sunnah yang ditentukan misalnya puasa enam hari di bulan Syawwal. Keutamaan puasa ini adalah bahwa siapa yang mengerjakan nya setelah puasa Ramadhan, maka seakan-akan dia telah berpuasa sepanjang tahun.
Hal ini berdasarkan pada hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersumber dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal maka ia seperti berpuasa ad-dahar (sepanjang tahun)." (HR. Muslim).
Selain puasa enam hari bulan Syawwal, masih ada puasa-puasa sunnah yang lainnya, di antaranya adalah:
Puasa Tiga Hari Setiap Bulan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Tiga hari dalam setiap bulan (hijriyah), serta dari Ramadhan ke Ramadhan, semua itu seolah-olah menjadikan pelakunya berpuasa setahun penuh." (HR. Ahmad dan Muslim)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa kekasihnya (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) telah mewasiatkan tiga perkara kepadanya, di antaranya adalah puasa selama tiga hari dalam setiap bulan.
Yang paling utama, puasa tiga hari tersebut dilakukan pada ayyamul bidh (hari-hari putih/terang, yakni malam-malam purnama) pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulannya. Dasarnya adalah hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Wahai Abu Dzar, jika engkau berpuasa tiga hari pada setiap bulan, maka berpuasalah pada tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas." (HR. Ahmad dan an-Nasa'i di dalam as-Sunan)
Puasa 'Arafah
Disebutkan dalam shahih Muslim bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa Arafah, beliau menjawab, "Dia (puasa Arafah) menghapuskan dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang."
Demikian pula disunnahkan berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Puasa Asyura'
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang puasa Asyura' (puasa tangggal 10 Muharram), maka beliau menjawab, "Dia menghapuskan dosa tahun yang lalu."
Demikian pula secara umum puasa di bulan Muharrram, sebagaimana terdapat di dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan, maka beliau menjawab,
"Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah al-Muharram."
Puasa Bulan Sya'ban
Mengenai puasa bulan Sya'ban ini, telah disebutkan di dalam ash-Shahihain dari Aisyah xberkata, "Aku tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa selama sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau memperbanyak puasa seperti yang dilakukannya pada bulan Sya'ban."
Disebutkan dalam riwayat yang lain, "Beliau banyak berpuasa pada bulan itu, kecuali hanya sedikit hari-hari (beliau berbuka) di dalamnya.
Puasa Senin Kamis
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari Senin maka beliau bersabda,
"Itu adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus sebagai Nabi, atau hari diturunkannya al-Qur'an kepadaku."
Di dalam riwayat yang bersumber dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata, "Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menjaga puasa Senin dan Kamis. (HR. Lima Imam ahli hadits, kecuali Abu Dawud).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Amal-amal itu diperlihatkan pada hari Senin dan Kamis, maka aku senang jika amalku ditampakkan pada saat aku sedang berpuasa." (HR at-Tirmidzi)
Puasa Nabi Dawud
Tentang puasa Nabi Dawud ini terdapat dalam riwayat al-Bukhari bahwa Abdullah Ibnu Amr radhiyallahu ‘anhu pernah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, "Demi Allah aku akan berpuasa pada siang hari dan bangun pada malam hari terus menerus selama hidupku."
Ketika hal itu disampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka beliau bersabda,
"Sesungguhnya engkau tidak akan mampu melakukan hal tersebut, karena itu berpuasa dan berbukalah, bangun dan tidurlah, berpuasalah engkau tiga hari dalam setiap bulannya, karena satu kebaikan akan dibalas sepuluh kali lipat, dan itu seperti puasa ad-Dahr (sepanjang tahun).
Tatkala mendengar jawaban dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini Abdullah Ibnu Amr radhiyallahu ‘anhu berkata, "Sesungguhnya aka mampu melakukan yang lebih baik daripada itu. Maka beliau bersabda, "Berpuasalah satu hari dan berbukalah (tidak berpuasa) dua hari." Abdullah Ibnu Amr radhiyallahu ‘anhu menjawab, "Sesungguhnya aku mampu melakukan yang lebih baik daripada itu." Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda, "Berpuasalah satu hari dan berbukalah satu hari, yang demikian itu adalah puasa Dawud, puasa tersebut adalah puasa yang paling baik."
Lalu Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu berkata, "Sesungguhnya aku mampu melakukan yang lebih baik daripada itu." Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada yang lebih baik daripada puasa tersebut."
PENGARUH PUASA SUNNAH
1. Puasa sunnah dapat dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Rabb-Nya, karena membiasakan diri berpuasa di luar puasa Ramadhan merupakan tanda diterimanya amal perbuatan, insya Allah. Hal ini karena Allah subhanahu wata’ala jika menerima amal seorang muslim maka dia akan memberikan petunjuk kepadanya untuk mengerjakan amal shalih setelahnya.
2. Puasa Ramadhan yang dikerjakan seorang muslim untuk Rabbnya dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala, akan menyebabkan seorang muslim mendapatkan ampunan atas dosa-dosa sebelumnya. Orang yang yang berpuasa akan mendapatkan pahala pada hari Idul Fithri, karena hari itu merupakan hari penerimaan pahala. Maka puasa setelah berlalunya Ramadhan merupakan bentuk rasa syukur terhadap nikmat ini, bagi hubungan seorang muslim dengan Rabbnya.
3. Puasa sunnah merupakan janji seorang muslim untuk Rabbnya bahwa ketaatan itu akan terus berlangsung dan tidak hanya pada bulan Ramadhan saja, bahwa kehidupan ini secara keseluruhannya adalah ibadah. Dengan demikian puasa itu tidak berakhir dengan berakhirnya bulan Ramadhan, tetapi puasa itu terus disyari'atkan sepanjang tahun. Maha benar Allah subhanahu wata’ala yang telah berfirman,
“Katakanlah, "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (QS. 6:162)
4. Puasa sunnah menjadi sebab timbulnya kecintaan Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-Nya serta sebab terkabulnya doa, terhapusnya kesalahan-kesalahan, berlipatgandanya kebaikan kebaikan, tingginya derajat serta sebab keberuntungan mendapatkan surga yang penuh dengan kenikmatan.
Puasa Makruh
Di antara puasa-puasa yang dimakruhkan adalah:
a.. Puasa Arafah bagi orang yang menunaikan ibadah haji.
b.. Puasa hari Jum’at saja.
c.. Puasa hari Sabtu saja.
d.. Puasa hari terakhir dari bulan Sya’ban, kecuali jika bertepatan dengan puasa yang telah bisa dilakukan seperti puasa Senin Kamis.
e.. Puasa ad-Dahr, jika berbuka pada hari-hari yang diharamkan berpuasa. Jika tetap berpuassa maka hukumnya adalah haram.
Puasa Yang Diharamkan
Di antara puasa yang dilarang adalah sebagai berikut:
a.. Puasa dua hari raya.
b.. Puasa hari-hari tasyriq
c.. Puasa saat haid dan nifas bagi wanita
d.. Puasa sunnah bagi wanita jika suami melarangnya.
e.. Puasa orang sakit yang jika berpuasa membahayakan dirinya.
Sumber (dengan meringkas):
1. Meraih Puasa Sempurna, Dr. Abdullah bin Muhammad ath-Thayyar, Pustaka Ibnu Katsir.
2. Majelis Ramadhan, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Pustaka Imam asy-Syafi’i. (kholif)